Jawaban:
Allah Swt berfirman:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيهِمْ غَير المَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَالضَّالِّينَ
Yaitu jalan orang-orang yang Kauberi nikmat, bukan yang dimurkai dan bukan yang sesat
Ayat ini menjelaskan Jalan Lurus (al-Shirâth al-Mustaqîm) yang disebutkan pada ayat sebelumnya untuk meguatkan makna dalam hati setiap orang yang bersinggungan dengan surah al-Fâtihah ini. Yakni, setelah pada ayat sebelumnya hati memahami al-Shirâth al-Mustaqîm dari pengertian lafalnya, pada ayat ini pemahaman tersebut dikuatkan dengan penjelasan yang terperinci dan mendalam dari berbagai aspeknya. Yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, bukan jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Penulis akan fokus kepada bagian ayat:
أَنْعَمْتَ عَلَيهِمْ
…yang Kauberi nikmat.
Ini berhubungan dengan ayat pertama surah ini. Yaitu bismillâh yang berisi pernyataan tentang rahmat Allah yang universal dan berkeadilan yang disusul dengan redaksi pujian yang universal pula atas segala nikmat yang universal dan berkeadilan pada ayat kedua. Lalu diulang lagi pada ayat ketiga, yaitu al-rahmân al-rahîm. Yakni tiada makhluk kecuali Allah Swt berikan rahmat padanya. Bahkan rahmat tersebut Allah Swt berikan pula kepada yang tak beriman tanpa terkecuali Iblis. Namun tidak semua yang diberi nikmat dapat menikmatinya. Maka, pada ayat ini dijelaskan para penerima rahmat yang dapat menikmatinya sehingga menjadi rahmat yang tak berkesudahan. Semakin lama semakin nikmat dan semakin bertambah. Di Dunia-nya nikmat apalagi di Akhirat-nya. Kosa kata yang digunakan pun tak lagi derivasi dari kata rahmah (رحمة) tapi derivasi dari kata ni‘mah (نعمة) dalam kata an‘amta (أنعمت). Mereka tak lain adalah orang-orang yang berada di atas al-Shirâth al-Mustqîmdengan hidayah dari Allah Swt.
Dalam Al-Qur’an kata jalan diungkapkan pula dengan kata al-tharîq (الطريق) dan al-sabîl (السبيل). Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan keduanya dengan al-shirâth (الصراط), penulis akan kembali sedikit menambahkan tentang pengertian al-shirâth yang belum sempat penulis bahas pada kajian sebelumnya. Al-Shirâth adalah lintasan yang terbentang antara dua titik, yaitu titik keberangkatan dan titik kedatangan. Mungkin seperti jembatan yang melintang antara dua bibir sungai. Oleh karenanya ada yang menafsirkan al-Shirâth dalam al-Fâtihah ini dengan jembatan penyebrangan menuju surga. Padahal yang benar adalah jalur atau lintasan yang menghubungkan antara dua terminal. Oleh karenanya al-Shirâth sangat luas. Yaitu seluas tempat keberangkatan dan seluas tempat tujuan. Terminal keberangkatannya adalah Dunia dan terminal kedatangannya adalah Akhirat (Surga). Tempat antara kedua terminal tersebut yang lebar sesuai lebar keduanya adalah al-Shirâth. Semua bagiannya bisa dipakai melintas. Inilah jalan kehidupan. Karenanya shirâth yang lurus atau yang menyampaikan pada tujuan hanya satu. Tidak ada yang lain. Di lintasan tersebut ada bagian yang sudah baku dipakai melintas, atau disebut “jalan.” Yakni lintasan tersebut pernah dibuat dan dipakai oleh orang terdahulu dan telah terbukti sukses menyampaikan pada tujuan. Ini disebut al-tharîq. Pengertian aslinya “jalan setapak.” Berasal dari kata tharaqa (طرق). Artinya memukul. Tharîq adalah permukaan bumi yang dipukuli (diinjak) oleh kaki para pejalan kaki. Sebuah garis yang menghubungkan tempat keberangkatan dengan tempat tujuan adalah al-tharîq yang terkecil. Tharîq bisa banyak pilihannya sesuai kemampuan dan kendaraan yang dipakai, dan adakalanya penuh liku. Lalu di antara jalan tersebut ada jalan yang paling mudah dilalui. Ini disebut al-sabîl (السبيل).
Penjelasan:
semoga membantu sahabat brainly